Ambon,MalukuBersatu.Com,-Dinas Ketahanan Pangan Propinsi Maluku yang dipimpin Faradilla Atamimi. Pada Rabu (04/06/25) mengelar bimbingan teknis analisis konsumsi pangan berbasiskan PPH tingkat Propinsi Msluku. Yang berlangsung di hotel Manise dengan melibatkan peserta dinas ketahanan pangan Kabupaten/kota se Maluku. Kadis dalam sambutan yang disampaikan Elisabeth Tan kepala bidang konsumsi dan teknik lapangan menuturkan.
Bimtek analisis konsumsi pangan berbagai PPH (pola pangan harapan) tahun 2025, sangat penting karena analisis ini merupakan salah satu indikator. Untuk mengukur keberhasilan program ketahanan pangan, adapun hasil yang diperoleh dari analisis mampu menyajikan kondisi situasi konsumsi pangan masyarakat.Yang dapat tentukan sejauh mana akses masyarakat terhadap pangan status gizi dan kesejahteraannya.
Dinyatakan dalam nilai skor mutu pangan atau skor pola pangan harapan (PPH). Ada 4 hal penting dilaksanakan Bimtek analisis konsumsi pangan berbasis PPH yaitu. memantapkan kesamaan resepsi, memantapkan komitmen Pemerintah Pusat, daerah dan kabupaten kota se-Maluku.Terhadap kualitas pangan yang memenuhi unsur beragam bergizi meningkatkan kemampuan dan keterampilan aparatur Pemerintah lingkungan pertahanan pangan.
Dan landasan penyusunan target RPJM provinsi Maluku tahun 2025 2029. Kegiatan ini merupakan satu kesatuan dari rangkaian untuk mengetahui situasi konsumsi pangan penduduk.Serta meningkatkan pengetahuan keterampilan dan perubahan sikap masyarakat mewujudkan konsumsi pangan beragam bergisi seimbang. Indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian kualitas konsumsi pangan adalah.
Melalui pencapaian skor PPH (pola pangan harapan) yang ideal dengan skor PPH 100. Untuk mencapai konsumsi energi dan PPH yang ideal perlu diimbangi dengan peningkatan konsumsi kelompok pangan umbi-umbian. Lanjutnya kegiatan ini sangat penting, maka saya sangat berharap agar semua peserta dapat mengikutinya sampai selesai. Akhir saya membuka Bimtek analisis konsumsi pangan berbasis PPH tingkat provinsi Maluku tahun 2025.
Sementara itu Kabid Elisabeth Tan, saat dimintai komentar menyatakan, kegiatan tersebut dilaksanakan untuk penyusunan RPJMD kabupaten/ kota periode 2025-2009. Dimana harus disusun berapa skor target kabupaten/kota.Jadi seandainya ada kabupaten/kota tidak hadir maka tidak tahu berapa target yang harus dicapai berarti perencanaan ketahanan pangan tidak bisa tersusun dengan baik.
Padahal ini awal kepemimpinan hingga perlu dibuat analisisnya untuk diketahui berapa targetnya. Agar bisa dilakukan evaluasi terhadap capaian pada tahun yang akan datang mulai 2025- 2029. Selain itu dari kegiatan ini bisa dilihat seberapa besar kualitas keragaman pangan masyarakat di Maluku.Khususnya yang berada pada 11 kabupaten/kota, apakah orang-orang di daerah kita sudah tercukupkan dengan kelompok-kelompok pangan.
Baik dari kelompok pangan padi-padian kacang-kacangan, sayur dan sebagainya sesuai hasil skor 80 sampai 100. Kalau di bawah itu artinya ada masalah di wilayah kabupaten tersebut secara makro kondisi ketahanannya bermasalah karena kualitas pergerakan pangan masih rendah. Jadi kalau misalnya angkanya kita belum tahu Nanti sebentar kita coba hitung kalau di bawah 80 berarti kualitas grafiknya masih rendah.
Tapi kalau sudah di atas berarti sudah cukup baik cuma berdasarkan tahun-tahun sebelumnya ternyata untuk kelompok buah sayur dan kacang-kacangan itu masih harus ditingkatkan lagi. Dan itu membutuhkan komitmen dari semua pihak baik pemerintah masyarakat maupun semua pemangku kepentingan.Termasuk wartawan yang mungkin dapat menyampaikan informasi atau kampanye tentang makan pangan lokal cinta pangan lokal.
Tambahnya keikut sertaan kabupaten) kota baru sebagian yaitu 8 Diharapkan dengan kegiatan ini yang pertama kabupaten kota itu mampu menyusun target pencapaian kinerja, indikator utama itu pada penyusunan skor lapangan kemudian dapat menyusun perencanaan ketahanan pangan dengan mengembangkan keanekaragaman pangan berdasarkan skor PPPH(MB-01)
Sumber : https://malukubersatu.com/atamimi-bimtek-analisis-konsumsi-pangan-berbasis-pph-penting-sebagai-indikator-ukur-ketahanan-pangan-detail-458168