Maspaitella : Tradisi Adat Maluku, Pada Upacara HUT Kota Ambon & Kain Gandong Miliki Makna Luar Biasa

Maspaitella : Tradisi Adat Maluku, Pada Upacara HUT Kota Ambon & Kain Gandong Miliki Makna Luar Biasa

Ambon,MalukuBersatu.-Pada hari Senin (08/09/25) seluruh warga kota Ambon tertuju dilapangan merdeka, untuk sama-sama mengikuti jalannya HUT ke-450. Diacara yang penuh sakral  itu terlihat  Bendera Kebesaran Kota Ambon dikawal ke dalam lapangan Merdeka. Sebagai lokasi pelaksanaan upacara bendera oleh Pemuda dan Pemudi (Jujaro dan Mungare). Dengan formasi 7 orang yang memegang Kain Gandong, dan 9 orang yang berada di dalam Kain Gandong.

img-1757377709.jpg

Yang melambangkan pada tanggal 7  bulan September, lahir kota Ambon manise (07/09/1575). Terlihat para  petugas pembawa Bendera Kebesaran kota Ambon dikawal oleh pasukan Cakalele. Menyangkut prosesi tersebut,  Ketua Majelis Latupati Kota Ambon,  Reza Valdo  Maspaitella di sela-sela resepsi HUT Kota Ambon menjelaskan. Dalam tradisi adat Ambon–Maluku, Kain Gandong memiliki makna yang sangat dalam.

Sebab terkait dengan nilai persaudaraan pela gandong yang menjadi dasar kehidupan orang Maluku. Lanjut Maspaitella, ada terdapat empat  makna dari kain Gandong yang dipunyai orang Maluku-Ambon yakni. Pertama, Simbol Persaudaraan dan Kesatuan dimana Kain Gandong melambangkan ikatan gandong (saudara kandung) antar negeri atau marga. 

img-1757377721.jpg

"Ikatan ini bukan sekadar hubungan sosial, tetapi dianggap sebagai hubungan darah yang tidak dapat diputuskan. Dalam setiap kegiatan adat, kain Gandong dikenakan atau dibentangkan untuk menegaskan kembali ikatan tersebut", jelasnya. Kedua, Penanda Sakralitas Acara Adat Kain Gandong biasanya hadir dalam acara penting seperti pengukuhan raja. Selain itu, pernikahan adat, rekonsiliasi konflik, maupun upacara pela. 

"Kehadirannya menandai bahwa acara itu tidak hanya bersifat seremonial, tetapi juga sakral—menghadirkan leluhur dan mengikat sumpah adat," tegasnya. Ketiga,  Media Rekonsiliasi dan Perdamaian, dalam sejarah Ambon–Maluku, kain Gandong sering digunakan sebagai tanda perdamaian ketika terjadi perselisihan antar-negeri. "Dengan membentangkan atau melilitkan kain Gandong, pihak-pihak yang berselisih dipersatukan kembali dalam semangat hidop orang basudara," lanjutnya.

img-1757377823.jpg

Ke-empat, Warisan Budaya dan Identitas Kolektif, Selain sebagai simbol adat, kain Gandong juga mencerminkan kekayaan budaya Maluku. Motif, warna, dan cara penggunaannya memiliki filosofi masing-masing yang diwariskan turun-temurun. "Dengan demikian, kain ini menjadi identitas kolektif masyarakat adat Maluku," imbuhnya.

Selanjutnya dikatakan, untuk Tarian Cakalele itu tarian perang tradisional masyarakat Maluku. Gerakan yang gagah, hentakan kaki yang kuat. Serta sorakan khas melambangkan keberanian, kegigihan, dan semangat juang para leluhur Maluku. "Tarian Cakalele dulu dipentaskan untuk menyambut perang atau menunjukkan kesiapan mempertahankan negeri," sebut ketua Latupati kota Ambon.

img-1757377750.jpg

Dikatakan, pacara HUT ke-450 kota Ambon juga diwarnai dengan tarian sawat, dilakuan tepat pada pintu Utama Lapangan Upacara, Upulatu dan Rombongan disambut dengan Tarian Sawat dari sanggar Al-Muzafar. "Tari sawat dan musik sawat adalah tarian dan musik tradisional umat muslim yang ada sejak nenek moyang Maluku.

"Kemudian dikembangkan sampai saat ini, untuk menyambut para tamu dalam resepsi pernikahan, acara keagamaan dan juga adat istiadat di provisni Maluku. Dan di hari lahir ke-450 kota Ambon secara keseluruhan dilaksanakan menggunakan bahasa melayu Ambon. Mengenakan baju Cele dan Baniang (pakaian khas kota Ambon), sebagai wujud pelestarian nilai-nilai budaya", tutur orang nomor satu yang jadi pimpinan di Negeri Rutong, akhir bincang dengan wartawan.(MB-01) 

Sumber : https://malukubersatu.com/maspaitella-tradisi-adat-maluku-pada-upacara-hut-kota-ambon-amp-kain-gandong-miliki-makna-luar-biasa-detail-459507