Penari Belanda Keturunan Hari Ini Tampilkan Budaya Maluku Di IAKN Bagi Seluruh Masyarakat
Ambon,MalukuBersatu.Com,-Merupakan suatu yang berharga bagi generasi muda Maluku di negeri Belanda untuk terus lestarikan budaya Maluku. Dan berdasarkan kecintaan terhadap budaya itulah membuat nona Lekatompessy dan Wenno kini ada di kota Ambon. Tujuannya untuk siap tampil dalam pertunjukan seni dan tari yang berlangsung di kampus Institut Agama Kristen Negeri Ambon.

Sebelum tampil, pada Selasa (28/10/25) sore, kedua nona manis warga negara Belanda keturunan Maluku yang didampingi bung Victor Yosep hadir di Kampus IAKN. Untuk berdialog pada media center milik Institut Agama Kristen (IAKN) Ambon. Selesai itu pers berkesempatan untuk wawancarai kedua nona terkait kehadiran mereka di kota Ambon. Keduanya berbutir sangat miliki keterikatan dengan Maluku.
Jiwa dan hati benar-benar sangat mencintai bumi Maluku, kami sangat bebar-benar menyatuh dengan Negeri leluhur. Hingga lewat tari-tarian (dance) akan mengekspresikannya bagian dari jati diri anak Maluku. Dikatakan, apa yang ada dalam diri tidak boleh hanya menjadi simbol atau tren sesaat, tetapi harus tumbuh dan dikembangkan. Pesan tersebut dikatakan mereka dan itu siap ditampilkan pada diskusi budaya bertema “Kolaborasi Musik dan Tari, Merangkai Identitas Maluku di Tengah Arus Globalisasi”.
Dimana bersama Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Ambon, akan pentas padaRabu (29/19/25). Dua seniman muda Sasa Lekatompessy dan Boya Wenno akan berbagi pengalaman pada bidang seni tari. Terutama tentang bagaimana cinta budaya dapat diwujudkan melalui tari dan kolaborasi lintas negara. Sasa Lekatompessy sebut, esensi dari setiap bentuk kesenian terutama tari adalah ungkapan cinta terhadap akar budaya sendiri.
"Cinta budaya harus muncul dari diri sendiri, baru kemudian diekspresikan. Kalau kita hanya ikut tren tanpa memahami makna, maka budaya bisa kehilangan ruhnya,” sebut Sasa yang sangat cinta Maluku. Dirinya uraikan, di tengah maraknya gaya tari modern dalam bentuk apapun, generasi muda harus tetap berupaya menjaga nilai-nilai budaya lokal. Kini banyak sekali dance modern dan tantangannya adalah bagaimana kita membuat budaya lokal tetap hidup.
Di tengah-tengah perubahan zaman, selain itu Boya Wenno katakan, untuk mendalami tarian Maluku mereka telah berlatih pada usia balita."Kami sangat tertarik dengan tarian dari tanah Maluku yang merupakan tanah luhur dari orang tua. Sambil sebut tari lenso, katareji, sau reka-reka dan yang lainnya. Sebagai bagian dari Maluku kating bersyukur dapat hadir di Kampus IAKN yang begitu indah dan menarik.

Dan disini kami akan pentaskan tarian yang di kolaborasi dengan dance. Sementara itu, Bung Victor Yosef yang m erulsjsn wartawan senior di Belanda itu turut berikan pikiran. Terutama menyoroti pentingnya peran media dalam menjaga citra positif kebudayaan. Ia ingatkan agar media dimanfaatkan secara bijak untuk memperkuat narasi budaya yang menyejukkan. tergantung bagaimana kita menggunakannya.

Kalau tidak hati-hati, bisa berubah makna dan berdampak buruk. Karena itu, kita perlu menyejukkannya dengan nilai tradisi dan kebijaksanaan lokal yaitu budaya,” kata Victor. Pesannya acara yang akan digelar merupakan bagian dari upaya memperkuat semangat generasi muda Maluku untuk melestarikan seni, tari, dan budaya tradisional di tengah derasnya arus globalisasi dan perkembangan media digital.(MB-01)
Indonesia
English
Belum Ada Komentar